1. Terowongan Wilhelmina Banjar - Pangandaran - Cijulang
merupakan terowongan kereta api terpanjang di Indonesia.
Terowongan ini memiliki panjang 1116 meter dan dibangun untuk mendukung jalur kereta api
rute Banjar - Pangandaran - Cijulang (82 km). Terowongan ini berada di perbatasan antara
Desa Bagolo dan Desa Emplak, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.
Terowongan Wilhelmina dibangun oleh perusahaan kereta api SS (Staats Spoorwegen) dan
dibangun pada tahun 1914 serta mulai digunakan pada 1 Januari 1921. Namun terowongan ini
kemudian menjadi non aktif seiring ditutupnya jalur kereta api rute Banjar - Cijulang (82 km)
pada 3 Pebruari 1981 karena mahalnya biaya operasional dan sedikitnya pemasukan
dari para penumpang kereta api.
Nama terowongan diambil dari nama ratu dari Kerajaan Belanda yang memiliki nama lengkap
Wilhelmina Helena Pauline Maria. Wilhelmina menjadi Ratu Kerajaan Belanda dari tahun 1890 hingga 1948.
Oleh masyarakat setempat, terowongan Wilhelmina sering disebut dengan terowongan Sumber.
Pada pertengahan tahun 1990, PT Kereta Api (Persero) pernah berupaya untuk menghidupkan kembali
rute Banjar - Cijulang. Selain sebagai alternatif transportasi masyarakat, juga untuk mengembangkan
pariwisata di Ciamis Selatan. Saat itu ada pertimbangan bahwa perjalanan kereta api rute Banjar -
Cijulang dapat dijual sebagai sebuah paket wisata.
Saat ini kondisi terowongan Wilhelmina sungguh memprihatinkan, dengan rel yang hilang dan muka
terowongan yang tidak terurus, dirambati akar-akar tanaman semak belukar,
semakin menghilangkan pamor dari sejarah maupun aset wisata dari terowongan terpanjang di Indonesia ini.
2. Gerbong Tua di Magelang
Kedatangan benda bersejarah di Monumen Kereta Api berupa satu buah gerbong kereta berusia 107 tahun
yang berada di Sub Terminal Kebonpolo Kota Magelang sejak 1986, diangkut
ke museum Kereta Api di Ambarawa, Rabu (9/11) sore sekitar pukul 16.30
WIB menggunakan truk trailer, dan tiba di Museum Kereta Api Ambarawa
pada Kamis (10/11) pukul 05.00.
Kereta api ini dipindah ke Ambarawa karena selama berada di Magelang
tidak memperoleh pemeliharaan yang berarti. Hal itu membuat kondisi
gerbong kereta api memprihatinkan. Di bagian bawah kerusakan mencapai 30
persen, banyak yang berkarat dan komponen lepas. Sedangkan dibagian
atas, kayu gerbong sudah keropos.Gerbong kereta tua ini, dulunya
digunakan untuk mengangkut penumpang jurusan
Magelang-Yoyakarta.Pemindahan gerbong kereta api ke museum Ambarawa ini
didukung penuh oleh komunitas pecinta kereta api. Antara lain dari PJL
99 Solo, IRPS Jogjakarta, dan komunitas Kota Toea Magelang.
3. Jembatan Cikacepit (Jembatan kereta api terpanjang)
Kereta api sebagai sarana transportasi massal tertua di Indonesia tak lepas dari sejarah kolonial.
Namun seiring perkembangan jaman dan kalah dalam persaingan, banyak
jalur kereta rusak dan tak terpakai. Salah satunya adalah sisa-sisa
jalur kereta api Banjar - Cijulang, Jawa Barat.
Sebagai penumpang kereta api, Anda mungkin pernah melintasi stasiun Banjar yang dibangun tahun 1888
di jalur kereta api lintas Selatan. Namun tahukah anda bila di Stasiun
Banjar terdapat juga jalur kereta percabangan menuju Cijulang, Ciamis?
Berdiri di jantung kota Banjar, stasiun ini menajdi pusat percabangan ke
Cijulang untuk lintas Bandung - YogyakartaJalur kereta api Banjar -
Pangandaran - Cijulang atau banci, dibangun tahun 1911. Karena alamnya
berbukit-bukit, di jalur ini Anda bisa menjumpai terowongan terpanjang
dan terpendek di Indonesia.
Terowongan terpendek dinamakan Pangeran Hendrik, panjangnya hanya 128
meter. Warga sekitar menyebutnya terowongan Warung Bungur karena ada di
Dusun Warung Bungur. Nama Hendrik diambil dari bangsawan Belanda, Duke
Heinrich Wladimir Albrecht Eernst, suami Ratu Wihelmina.
Tak jauh dari terowongan Hendrik, terbentang jembatan Cikacepit
sepanjang 190 meter. Jembatan ini dibuat dari rangka baja, dengan lebar
tak lebih dari 1,7 meter hanya menyisakan rangka. Besi rel hilang entah
ke mana, dijarah orang tak bertanggung jawab.Sedangkan yang terpanjang
namanya terowongan Ratu Wilhelmina. Dengan panjang lebih dari 1
kilometer,
hanya cahaya kecil yang terlihat diujungnya. Nama terowongan ini diambil
dari nama Ratu Belanda Wihelmina Helena Pauline Maria, yang berkuasa
tahun 1890 hingga 1948. Terowongan ini katanya menjadi yang terpanjang
di Indonesia, 1208 meter.Dengan jarak kurang 300 meter dari terowongan
Ratu Wilhelmina, terpanjang terdapat terowongan bengkok bernama Juliana.
Disebut bengkok karena terowongan ini melengkung, sehingga ujung
terowongan sepanjang 147 meter ini tak terlihat.
Namun sarana penunjang kereta api ini sudah tak lagi berfungsi. Terus
merugi karena kalah persaingan menjadikan jalur ini sudah sejak lama
ditutup dan terlupakan. Tragisnya lagi sisa-sisa peninggalan kereta api
hilang dicuri tangan-tangan tak bertanggungjawab.
4. Jembatan Cincin
Bagi sebagian orang, kawasan pendidikan Jatinangor, kabupaten Sumedang
mungkin hanya terkenal dengan beberapa perguruan tingginya. Namun,
apabila kita bertanya kepada orang-orang Bandung yang sudah berumur,
maka yang terlintas di benak mereka adalah perkebunan karet dan teh.
Memang,
Jatinangor yang kita kenal dulunya adalah daerah perkebunan yang luas.
Jauh sebelum perguruan tinggi seperti Ikopin, Unwim ataupun Unpad
berdiri, daerah ini adalah salah satu penghasil karet dan teh yang cukup
besar untuk Belanda.Jatinangor adalah kawasan yang bisa dibilang banyak
memiliki situs bersejarah. Jembatan Cincin salah satunya. Jembatan ini
pada awalnya dibangun oleh Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf,
sebuah perusahaan kereta api milik Belanda pada tahun 1918. Pada saat
itu,
jembatan ini berfungsi sebagai salah satu jalur kereta api yang
menghubungkan daerah Rancaekek dan Tanjungsari. Pada masa itu, kereta
ini menjadi penunjang lancarnya perkebunan karet di Jawa Barat.
“Jembatan Cincin mulai dibangun sejak tahun 1918, hingga 1942 sudah tidak ada lagi kereta yang lewat,
” ujar Mulyana, salah satu “tetua” yang sudah hampir sembilan puluh tahun tinggal di dekat jembatan cincin.
Yang menjadi catatan penting ialah, tanah di Jembatan ini bukanlah milik
Belanda, melainkan diklaim secara paksa karena pada saat itu, Indonesia
masih daerah jajahan Belanda. Warga setempat pada waktu itu tidak bisa
berbuat banyak karena takut akan dibunuh. Ia juga menambahkan, akhirnya,
pembangunan Jembatan Cincin diperbolehkan oleh warga sekitar, dengan
syarat, tidak mengganggu komplek pemakaman yang ada di bawahnya. Setelah
mencapai kesepakatan, jembatan Cincin pun dibangun.Sesudah dibangun,
rel kereta api ini menjadi jalan penghubung bagi Belanda untuk
mengantarkan hasil perkebunan dari daerah Jatinangor ke Bandung,
jembatan ini juga lah yang menjadi akses jalan terbaik dari daerah
Tanjungsari ke Rancaekek.
Pada awalnya memang kereta hanya digunakan untuk hasil perkebunan, namun, menurut Mulyana,
kereta ini akhirnya digunakan juga sebagai transportasi bagi kedua warga negara.
Saat bangsa Jepang datang dan mulai menduduki Indonesia pada 1942, Jembatan Cincin pun diambil alih.
Tiang dan besi tua yang menjadi rel di jembatan ini dibongkar dan dibawa
paksa oleh orang Jepang. “Mungkin karena menurut Jepang sudah tidak
terpakai lagi, maka seluruh besi yang ada di ambil sama mereka,” tambah
Mulyana. Semenjak itulah, kegiatan “per-kereta api-an” di Jembatan
Cincin terhenti.
5. Stasiun Tambaksari, Stasiun kereta api pertama di Indonesia
sekelompok peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional (Pusarnas), dibantu
peneliti lintas ilmu dan lintas kota yang mencari keberadaan stasiun
tertua tersebut.
“Ini bekas stasiun lama Samarang NIS,” kata Tjahjono Rahardjo,
penggila kereta dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) yang
juga dosen di Unika Soegijapranata Semarang. NIS merupakan singkatan
dari Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij,
sebuah perusahaan swasta yang pertama kali membangun jaringan kereta api di Semarang
pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Stasiun Samarang NIS merupakan stasiun tertua di Semarang, juga tertua
di Indonesia. Stasiun itu mulai dibangun tanggal 16 Juni 1864, ditandai
dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jendral Baron Sloet van de
Beele. Pembangunan jalur itu melalui besluit nomor 1 tahun 1862,
sementara pembebasan tanahnya berdasarkan staatsblad nomor 135 tahun 1865 yang diperbarui lagi
dengan staatsblad nomor 132 tahun 1866. Peluncuran kereta dilakukan tanggal 10 Agustus 1867,
merentang sepanjang 25 kilometer dari Semarang ke Tanggung melalui Halte
Alastua dan Brumbung. Menurut sumber lain, stasiun tertua di Semarang
bernama Tambaksari. Identifikasinya mirip Stasiun Semarang NIS, misalnya
terletak sekitar satu kilometer dari Kota Lama dan tidak jauh dari
pelabuhan.
Bahkan ada sumber yang menyebutkan bahwa stasiun pertama di Semarang
bernama Kemijen. Stasiun itu terletak di dekat persilangan jalur rel
milik NIS dan SJS (Samarang Joana Stoomtram Maatschappij). Oleh
sementara orang Stasiun Kemijen sering kali disamakan dengan Stasiun
Samarang Gudang, yang sampai sekarang masih terlihat sisa-sisanya
meskipun sudah dikepung air.
Yang menjadi pertanyaan, di mana sebenarnya lokasi yang tepat dari
stasiun tertua itu? Apakah benar bernama Samarang NIS, Tambaksari,
ataukah Kemijen? Sayang saat ini sisa-sisa bangunan stasiun sulit
dilacak. Kendati demikian, jejak bangunan stasiun masih terekam di peta
Semarang tahun 1866.
Stasiun pertama itu disebutkan dengan nama berbeda. Uniknya, Stasiun Tambaksari, Stasiun Kemijen,
dan Stasiun Samarang NIS itu sama-sama terletak di wilayah yang dulunya disebut Tambaksari,
sekarang Kelurahan Kemijen.
6. Monumen Kecelakaan kereta api Padang Panjang
Sebuah tugu atau prasasti yang tidak terawat, ditemukan di kawasan
Kelurahan Balai-Balai Padang Panjang Barat. Tugu berdiameter lebih
kurang 2 x 2,5 meter itu, bertuliskan ejaan lama dan tahun aneh. Yakni
"Tugu Peringatan Orang-orang Jang Meninggal Ketika Ketjelakaan Kereta
Api Tanggal 25-12-2604 dan 23-3-2605", pada dinding bagian bawahnya yang
diduga merupakan penanggalan jepang yang berarti 25 desember 1944 dan
23 maret 1945.Tugu itu merupakan nisan bersama korban kecelakaan kereta
api Padang Panjang pada masa penjajahan yang mana menurut kabar bahwa
para korban yang dimakamkan di bawah tugu itu tidak dalam keadaan utuh.
"Menurut cerita orang-orang tua, ini merupakan pemakaman potongan-potongan tubuh korban kecelakaan
kereta api pada masa penjajahan Belanda, akibat jembatan yang
diputuskan. Karena begitu banyaknya korban, sehingga tidak ada tempat
untuk pemakaman," cerita Masril.
Pemilik lahan Masril mengatakan sejumlah ahliwaris saat mengunjungi pemakaman sekitar merasa takut
melihat tugu tersebut. Ada yang mengatakan tugu itu panas dan sebagainya. Kesaksiannya sering dihinggapi burung hantu.
Proses pemakaman korban, diceritakannya juga terjadi dua kali, sesuai
catatan tanggal yang tertera di dinding tugu itu. Usai pemakaman pertama
sedalam 5 meter, belum ditembok. Kemudian berjarak sekitar 3 bulan,
kembali terjadi kecelakaan dan dimakamkan di lobang yang sama.
7. Jalur kereta Pangandaran
Kereta api sebagai sarana transportasi massal tertua di Indonesia tak lepas dari sejarah kolonial.
Namun seiring perkembangan jaman dan kalah dalam persaingan, banyak
jalur kereta rusak dan tak terpakai. Salah satunya adalah sisa-sisa
jalur kereta api Banjar - Cijulang, Jawa Barat.
Sebagai penumpang kereta api, Anda mungkin pernah melintasi stasiun Banjar yang dibangun tahun 1888
di jalur kereta api lintas Selatan. Namun tahukah anda bila di Stasiun Banjar terdapat juga jalur kereta
percabangan menuju Cijulang, Ciamis? Berdiri di jantung kota Banjar, stasiun ini menajdi pusat
percabangan ke Cijulang untuk lintas Bandung - Yogyakarta.
Jalur kereta api Banjar - Pangandaran - Cijulang atau Banci, dibangun
tahun 1911. Karena alamnya berbukit-bukit, di jalur ini Anda bisa
menjumpai terowongan terpanjang dan terpendek di Indonesia.
Terowongan terpendek dinamakan Pangeran Hendrik, panjangnya hanya 128
meter. Warga sekitar menyebutnya terowongan Warung Bungur karena ada di
Dusun Warung Bungur. Nama Hendrik diambil dari bangsawan Belanda, Duke
Heinrich Wladimir Albrecht Eernst, suami Ratu Wihelmina.
Tak jauh dari terowongan Hendrik, terbentang jembatan Cikacepit
sepanjang 190 meter. Jembatan ini dibuat dari rangka baja, dengan lebar
tak lebih dari 1,7 meter hanya menyisakan rangka. Besi rel hilang entah
ke mana, dijarah orang tak bertanggung jawab.
8. Hari Kereta Api Indonesia
Tidak banyak yang mengetahui bahwa tanggal 28 September merupakan hari Kereta Api Indonesia,
padahal tidak sedikit orang yang pernah menggunakan alat transportasi yang satu ini.
Munculnya kereta api Indonesia diawali dengan adanya pembangunan jalur
kereta api pada tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, Mr. Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele di desa Kemijen,
Semarang. Pembangunan kereta api tersebut diprakarsai oleh “Naamlooze
Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” atau NV.NISM
dan dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju ke desa
Tanggung. Rel tersebut dibangun sepanjang 26 km dan lebar kereta api
1435 mm dan berhasil sehingga pembangunan dilanjutkan kembali dengan
menghubungkan kota Semarang dan Surakarta sepanjang 110 km. Atas
keberhasilan itu, para investor pun juga ikut-ikutan untuk membangun
jalur kereta api di berbagai daerah. Mulai tahun 1864 hingga tahun 1900
adalah tahun-tahun di mana jumlah rel kereta api yang dibangun meningkat
pesat.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, beberapa karyawan KA yang tergabung dalam AMKA atau Angkatan Moeda
Kereta Api mulai mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak
Jepang. Para anggota AMKA menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September
1945, kekuasaan perkeretaapian telah berada di tangan bangsa Indonesia.
Hal inilah yang menjadi dasar untuk ditetapkannya tanggal 28 September
1945 sebagai Hari Kereta Api Indonesia, serta dibentuknya DKARI atau
Djawatan Kereta Api Republik Indonesia.
Ternyata Hari Kereta Api Indonesia tidak bisa kita anggap sepele karena
pada waktu itu beberapa anggota pejuang kita juga ikut memperebutkan
kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Untuk itu, kita patut
memperingatinya demi menghargai
perjuangan mereka yang sampai sekarang dapat kita nikmati. Apa yang
terjadi jika para pejuang tidak ikut memperebutkan kekuasaan
perkeretaapian dari Jepang? Mungkin sampai sekarang kita masih tidak
tahu apa yang namanya kereta api.
9. Jalur Kereta Api Muaro-Pekanbaru (Jejak Romusha)
Jalur Kereta Api Muaro-Pekanbaru adalah apa yang dinamakan "jalan kereta api maut"
yang dibangun di Indonesia di masa Perang Dunia Kedua atas perintah tentara pendudukan Jepang.
Jalur kereta api dari Muaro ke Pekanbaru di provinsi Riau dibangun
pekerja paksa antara bulan September 1943 dan Agustus 1945 dalam keadaan
yang mengerikan. Secara keseluruhan hampir 50 000 orang, terdiri dari
romusha dan tawanan perang Belanda, bekerja, 26 000 darinya meninggal.
Jalur kereta api tersebut hanya sempat digunakan satu kali.
Buku yang paling detil mengungkap tentang tragedi ini adalah karangan Henk Hovinga yang berjudul
Eindstation Pekan Baru 1944-1945-Dodenspoorweg door het Oerwoud terbitan
KITLV Leiden. Di dalam bukunya Hovinga menulis bahwa para pekerja itu
telah dipaksa bekerja “dalam suatu neraka hijau, penuh ular, lintah
darat dan harimau., lebih buruk lagi miliaran nyamuk malaria, di bawah
pengawasan kejam orang-orang Jepang dan pembantu mereka orang Korea”.
Ditambah lagi dengan cara orang Jepang yang menghindari pembuatan
terowongan sebagaimana rancangan aslinya dengan cara mendinamit
perbukitan. Seringkali tanpa pemberitahuan, sehingga pekerja yang
bekerja dibawahnya ikut tertimbun. Rombongan berikutnya bertugas
membersihkan reruntuhan hasil dinamit, sekaligus mengumpulkan mayat
teman-temannya.
Semuanya dikerjakan dengan otot. Tidak ada peralatan yang memadai. Mulai dari menebang pohon,
memotong tebing sampai memasang rel dan membuat jembatan semua dikerjakan dengan tenaga manusia.
Ditambah gizi yang buruk, obat-obatan yang kurang serta perlakuan diluar batas kemanusiaan menyebabkan tingginya angka kematian.
Jalur rel ini selesai pada 15 Agustus 1945, tepat ketika Jepang takluk
kepada sekutu. Tapi di tengah rimba raya Sumatera, Jepang belum kalah.
Para serdadu Jepang masih meneriakkan banzai pada saat merayakan
pematokan paku emas tanda selesainya jalur rel Muaro - Pekanbaru.
Sementara para romusha dan tawanan hanya boleh menyaksikan upacara dan
perayaan itu dari jauh.
Ironisnya, dengan puluhan ribu korban jiwa, rel ini berumur sangat
singkat. Kereta api terakhir yang melewatinya adalah pada September 1945
yang membawa tawanan perang dari kamp-kamp kerja di dalam rimba menuju
ke Pekanbaru. Jembatan-jembatan yang terbuat dari kayu dengan cepat
lapuk dan hanyut
oleh amukan sungai. Rel-rel yang tertinggal dengan cepat merimba dan
sebagiannya lagi dibuat menjadi pagar oleh masyarakat dan jawatan Kereta
Api sendiri untuk jalur Sawahlunto - Padang.
10. Jalur Kereta Api Saketi-Bayah (Jejak Romusha)
Jalur Kereta Api Saketi – Bayah pada saat pembangunannya banyak memakan korban ribuan manusia,
dengan jumlah korban fantastis yang terdiri dari tawanan perang /
Prisoner Of War (POW) Sekutu dan Romusha Pembangunan jalan kereta api
mempunyai arti sangat strategis bagi kelanjutan ekspansi tentara Jepang
pada Perang Dunia ke-II, dan dikerjakan dengan Sistim Kerja Paksa (slave
labour) Romusha dan tawanan perang / Prisoner Of War (POW
Perihal jalur kereta api maut, sejarah mencatat, Jepang menorehkan kisah
kejam di Banten Selatan jalur Saketi – Bayah. Selama Perang Dunia II
(1938-1945) Jepang membangun tiga jalur kereta api di dua wilayah di
Asia Tenggara yaitu jalur Thailand-Burma, Muaro Sijunjung-Pekanbaru, dan
jalur Saketi-Bayah.
Jepang menggunakan tahanan yang dipaksa kerja dan seperti dikirim ke
neraka karena puluhan ribu jiwa melayang dalam proyek pembangunan jalur
kereta api tersebut. Jalur kereta api di dua wilayah Indonesia itu tak
lagi bersisa, seperti juga tragedi kekejaman Jepang yang seakan
terlupakan. Pembangunan jalan kereta api sepanjang 89 km ini menelan
korban yang diperkirakan mencapai 93.000 jiwa romusha.